2014 / Liputan Media / Media

Published: 24/04/2014

Sumber: Sinar Harapan, 30 April 2014
Yuyuk Sugarman
   
YOGYAKARTA – Hingga Mei 2014, jumlah kematian ibu sudah mencapai 250 orang di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sebagian besar ibu yang meninggal masih berusia produktif antara 30-40 tahun. Sementara itu, pada data di Gunung Kidul ada 12 kasus.

“Faktor stres menjadi pemicu ibu meninggal saat melahirkan jabang bayi. Selain itu, ada faktor kesehatan lainnya semisal anemia dan kurang gizi,” ucap Ketua Harian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY, Budi Wahyuni dalam diskusi publik Revolusi KB untuk Pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi, Rabu (28/5).

“Kalau kematian ibu melahirkan di Gunung Kidul ini dipengaruhi terlambatnya penanganan dokter atau tenaga medis,” tutur Tri Asmiyanto, aktivis Woman Research Institute (WRI). Budi Wahyuni mengatakan, stres yang melanda para ibu ini dapat ditimbulkan berbagai faktor, misalnya, terpaksa melakukan hubungan seks dengan suaminya. Menurutnya, sebagian besar kaum istri takut berdosa jika tidak melayani suami sesuai ajaran agama. Sementara itu, jika tidak melayani, seorang istri khawatir pasangannya tidak terima dan memilih menceraikannya atau berselingkuh.

“Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil, terutama saat persalinan,” kata Budi Wahyuni.  

Melihat tingginya kasus kematian ibu melahirkan ini, Budi Wahyuni meminta pemerintah harus memberikan perhatian serius dari pemerintah. Harus ada revolusi kesetaraan gender, tidak hanya di bidang politik dan pendidikan. Itu harus dimulai dari keluarga.

“Kebutuhan seks merupakan kebutuhan dasar maka untuk memenuhi kebutuhan itu, harus dilakukan bersama-sama dan seadil-adilnya,” ucapnya.