Diskusi / Event
Published: 01/10/2014
Gerakan feminis berkembang dengan ide bahwa kita semua sebagai perempuan mengalami penindasan. Perempuan mempunyai pengalaman yang sama di dalam sistem patriarki, sebagai korban patriarki, semua perempuan adalah sister. Sisterhood adalah bentuk pertama yang muncul dalam gerakan feminis.
Penindasan perempuan didasarkan atas tubuh dan perasaan yang sama sebagai korban dari patriarki. Perempuan hidup dalam ide commonality of oppression, karena patriarki ada dimana-mana. Ada perasaan yang sama di antara perempuan, seperti merasa ada persoalan aborsi, perkosaan, pemukulan dalam rumahtangga dan banyak proses-proses psikologis untuk merasa low self-awareness. Oleh karenanya penting dibangun gerakan perempuan dalam kebersamaan itu.
Sebagai perempuan penting untuk mendiskusikan kesamaan pengalaman kita, karena kita harus memahami bahwa pada tahun 50-60an di Eropa dan Amerika semua perempuan adalah Ibu rumahtangga yang terisolasi di dalam rumah tangganya. Dan perempuan ditempatkan dalam posisi yang saling bermusuhan. Saling bersaing untuk mencari laki-laki yang baik dan kaya, perempuan merasa tidak punya apa-apa karena mereka tidak didorong bekerja di luar rumahtangga. Semua perempuan menjadi terisolasi di dalam rumahtangganya sendiri.
Perasaan sisterhood adalah sesuatu yang baru, oleh karenanya dibutuhkan kolaborasi bukan untuk bersaing dengan sesama perempuan tapi bersama untuk menentang sistem patriarki. Bukan hanya posisi dan pandangan yang sama tapi juga perasaan yang sama. Dari perasaan itu kita punya oppression tindakan yang sama dan merasa punya perasaan yang sama untuk perjuangan.
Vanguardisme (merasa yang paling tahu dan paling benar) sudah tidak berlaku dan tidak berguna lagi untuk membangun gerakan feminis. Karena kebenaran tidak tunggal, dia punya sejarahnya sendiri. Kita harus terima kebenaran orang lain, kita perlu saling belajar. Karena perempuan mempunyai pengalaman dan ide perjuangan yang berbeda-beda. Tidak ada satu kebenaran dari sejarah yang benar karena sejarah punya kebenarannya masing-masing. Semua kelompok punya kebenaran sendiri-sendiri dan sejarah sendiri-sendiri. Kebenaran ada fragmentasinya, oleh karenanya perlu untuk mendiskusikan agar dapat menghargai masing-masing kebenaran.
Ide sisterhood menjadi sangat krusial, karena bagaimana membangkitkan gerakan feminis agar lebih luas. Juga ide solidaritas yaitu sesuatu yang dibangun dalam perjuangan yang kongkrit yaitu berjuang untuk isunya. Bukan karena semua perempuan merasa memiliki pengalaman yang sama terkait isu tertentu, tapi karena merasa isunya yang strategis. Perempuan membangun gerakan yang universal bukan karena pengalaman ketertindasan yang sama sebagai perempuan, tapi didasarkan pada perbedaan pengalaman.
Affinity (kelekatan) sangat penting, berjuang bersama. We have to love each other, to being in solidarity. Perjuangan bisa bermacam-macam, harus dilihat secara luas. Affinity adalah criticism terhadap sisterhood. Bagaimana satu kelompok bersikap kepada kelompok lainnya.
Kita berjuang karena punya kepentingan bersama bukan hanya karena isu yang sama. Solidarity among stranger, kolega di dalam perjuangan. Membangun solidaritas bukan hanya dengan teman sejawat tapi dengan orang asing pun kita bisa membangun solidaritas. Kita semua berjuang untuk perubahan. Banyak orang memiliki visi tentang masyarakat yang sama. Goal-nya sama, tapi cara mencapai tujuan berbeda dan seharusnya tidak menjadi masalah. Karena perjuangan kita sangat luas.
Gerakan perempuan perlu bersatu, karena banyak isu sosial yang harus diselesaikan. Sisterhood harus ada satu perjuangan, satu tujuan (essensialis perempuan). Keadilan bukan utopia, kita berjuang mengurangi ketidakadilan.
Tidak ada sesuatu yang ajeg, kita punya musuh bersama yaitu patriarki yang kita definisikan sebagai musuh. Posisi sebagai aktivis diartikulasikan lewat kepentingan bersama. Pengalaman boleh berbeda-beda. Namun dibangun secara adil dan berdasarkan etika sejak dalam pikiran. Etik sangat penting, karena etik memang harus dibangun, seperti etika politik. Kita harus menghargai orang lain dan secara terbuka mendiskusikan apa yang dirasa penting. Harus saling memahami meski dalam posisi masing-masing.
Kita harus bangun gerakan di atas perbedaan atau berpijak pada pluralisme. Kita bisa bangun gerakan di atas perbedaan identitas. Kita jauh lebih kuat dari itu. Kita harus saling belajar satu sama lain. Hanya ada diskusi, critical dialogue. Pick your enemy (patriarki) and articulate your concerns as the basis of building common, shifting platforms. Embracing and learning from differences.
Pluralisme tidak terfragmentasi dengan saling menghormati, bersikap terbuka. Selalu berpikir pendapat kita sepenting pendapat orang lain, tidak ada yang lebih salah dari yang lain, tidak ada kebenaran yang tunggal, harus dalam posisi setara.***