Current Project / Laporan
Published: 18/03/2014
Laporan Program Tahunan WRI, 2004
Capaian
Pada Januari 2005, Women Research Institute (WRI) telah menyelesaikan tiga publikasinya yang direncanakan akan diterbitkan pada Maret 2005. Sebagai konsekuensi dari temuan penelitiannya, WRI menerima banyak undangan untuk mempresentasikan pengalaman penelitian dan pemikirannnya, khususnya mengenai dampak otonomi daerah terhadap partisipasi politik perempuan. Para staf WRI juga diminta untuk memfasilitasi bagaimana mengarusutamakan perspektif gender dalam kegiatan-kegiatan seperti penanggulangan kemiskinan, pengembangan kapasitas dalam konteks otonomi daerah.
Saat ini, WRI sedang mempersiapkan Forum Nasional mengenai Anggaran Berkeadilan Gender di Jakarta, atas hubungan baik WRI dengan pemerintah di tingkat daerah dan Jakarta, diharapkan. Forum ini dapat berkontribusi untuk proses memperkuat partisipasi perempuan dalam konteks lokal.
Latar Belakang
Pada tahun 2004, WRI masih secara terus-menerus melanjutkan pekerjaannya untuk mengemukakan dinamika Partisipasi publik perempuan dalam politik lokal di era otonomi daerah (Regional Autonomy in women public participation in the local politic). Sepanjang tahun ini, WRI lebih pada tahap penulisan penelitiannya, juga persiapan menyeluruh untuk publikasi WRI, serta menyampaikan laporan penelitiannya kepada publik.
Desember 2004, merupakan bulan spesial bagi WRI, karena staf WRI menerima kabar dari mitra penelitiannya di Banda Aceh bahwa mereka semua selamat dari bencana Tsunami. Berita ini benar-benar melegakan seluruh tim WRI. Mereka juga mengetahui dari pemberitaan di media massa bahwa banyak organisasi/institusi, termasuk pemerintah Indonesia dan internasional telah melakukan banyak kegiatan untuk mendukung apa yang terjadi di Aceh. Akan tetapi, hanya sedikit yang benar-benar mendukung perempuan dan mencoba melibatkan perempuan dalam rancangan untuk merekonstruksi Aceh. Dalam situasi ini, WRI kemudian memutuskan menggunakan kesempatan ini untuk meluncurkan penelitiannya dalam upaya mengangkat isu strategi representasi perempuan dalam proses rekonstruksi sosial di Aceh.
Setelah berdiri lebih dari dua tahun, WRI menjadi lebih dikenal oleh para multistakeholder di berbagai daerah. Sebagai konsekuensinya, WRI diminta untuk bicara pada seminar-seminar dan pada diskusi-diskusi di organisasi-organisasi dan institusi-institusi lain.
Kegiatan
Kegiatan Penelitian
Setelah menyelesaikan tahap pertama analisis data dan penulisan untuk laporan penelitian mengenai perempuan pada politik lokal sepanjang 1999-2004, WRI mengundang sejumlah pakar yang terlibat dalam penelitian kebijakan sosial (social policy research) untuk memberikan komentar mereka atas draf tertulis. Tujuan dari diskusi ini adalah mengangkat isu mengenai masalah metodologi selama penelitian lapangan, analisis, penulisan serta untuk mendapatkan masukan-masukan mengenai rekomendasi-rekomendasi bermanfaat bagi para multistakeholder yang terlibat di pemerintahan lokal.
Terdapat 12 orang yang telah memberi masukan terhadap laporan penelitian WRI, yaitu:
- Hans Antlöv (Ford Foundation)
- Alexander Irwan (TIFA Foundation)
- Andi Achdian (TIFA Foundation)
- Amiruddin (ELSAM)
- Meutia Ganie-Rochman (Lab. Sosiologi FISIP-UI)
- Evelyn Suleeman (IHS)
- Rizal Malik (UNSFIR)
- Yanti Mochtar (KAPAL Perempuan)
- Ade Kusumaningtyas (RAHIMA)
- Abubakar Eby Hara (ICIP)
- Lili Pulungan (KAPAL Perempuan)
- Alex Supartono (Peneliti)
Di bawah ini adalah ringkasan dari isu-isu yang diangkat selama diskusi dan masukan-masukan yang berguna yang direkomendasikan oleh para peserta diskusi meja-bundar:
-
Elaborasi informasi dari penelitian pertama WRI mengenai otonomi daerah. Para pembaca mendapatkan bahwa ringkasan temuan penelitian WRI pada tahap pertama perlu dijelaskan lebih lanjut untuk membangun kesiapan bagi penelitian tahap kedua.
-
Daftar para pemberi informasi harus jelas disajikan dalam kategori dengan pembagian secara gender agar dapat mempelajari mengenai komposisi para peserta yang diwawancarai yang terlibat dalam penelitian WRI.
-
Menekankan pada pentingnya menggunakan middle range theory bukan langsung darigrand theory ke praktik /analisis kasus. Data yang dikumpulkan selama penelitian perlu untuk dianalisis, dengan cara yang tidak akan menjadi studi kasus atau ilustrasi secara tinjauan teoritis. Ini memungkinkan bahwa grounded theory juga muncul dari fakta-fakta ini.
-
Pertanyaan-pertanyaan mengenai publik/privat bagian dari partisipasi politik perempuan pada Pengukuran Pemberdayaan Gender perlu untuk dilanjutkan hingga tahap pengajuan indikator-indikator/prinsip-prinsip alternatif untuk mengukur partisipasi politik perempuan. Jika indikator tersebut dianggap terlalu maskulin dan formil, WRI perlu mengembangkan alternatif untuk membuat indikator-indikator partisipasi perempuan yang lebih feminin dan kurang formil.
-
Saran bahwa persepsi para peserta yang diwawancara yang diambil selama penelitian ini adalah menganalisa dari segi “ide kesejahteraan” diantara para multistakeholder dari berbagai kategori. Aspirasi para peserta yang diwawancarai dapat membantu merumuskan masukan yang berguna bagi perbaikan kebijakan di pemerintahan lokal.
-
Pengkajian secara seksama atas kemungkinan munculnya ethno nasionalisme selama periode otonomi daerah perlu dimunculkan dalam laporan ini.
-
Saran untuk koalisi kepentingan antara para multistakeholder perlu dijabarkan lebih lanjut berdasarkan temuan-temuan dalam pembuatan peraturan daerah untuk melawan perdagangan manusia, khususnya Perempuan dan Anak-anak. Deskripsi dan analisis yang lebih rinci mengenai pengalaman-pengalaman para multistakeholder di Manado akan menjadi dasar yang baik untuk mengembangkan kemungkinan koalisi alternatif diantara para multistakeholder di pemerintahan lokal.
Masukan-masukan dan saran-saran yang muncul selama periode diskusi meja-bundar akan dimasukkan ke dalam tinjauan hasil analisa data WRI yang kedua. Diskusi ini memberikan banyak kemungkinan untuk melihat fakta-fakta dengan perspektif dan dimensi yang berbeda mengenai masalah yang tidak didiskusikan dalam draf tertulis WRI.
Kegiatan Publikasi
Pada bulan Januari 2005, WRI telah menyelesaikan tiga publikasinya dan siap untuk dicetak. Buku-buku tersebut adalah sebagai berikut:
- “Representasi Perempuan dalam Kebijakan Publik dalam Era Otonomi Daerah”) oleh Edriana Noerdin, Lisabona Rahman, Ratna Laelasari Y dan Sita Aripurnami.
- “Metode-metode Feminis dalam Penelitian Sosial” oleh Shulamith Reinhart.
- “Politik Identitas Perempuan Aceh” oleh Edriana Noerdin.
Kegiatan Gender Budget
Pada Januari 2005, lanjutan dari tahun sebelumnya, WRI melaksanakan kegiatan advokasi dan pelatihan Gender Budget (Anggaran Berkeadilan Gender). Saat ini WRI melakukan kegiatan pelatihan di Manado, Sulawesi Utara. Kegiatan Penganggaran Gender mendapat dukungan dari Tifa Foundation. Sejak saat itu, WRI mempersiapkan Forum Nasional mengenai Anggaran Berkeadilan Gender yang direncanakan dilaksanakan pada Mei 2005. Para perserta dari Forum ini adalah perwakilan dari eksekutif, legislatif dan masyarakat sipil di delapan daerah/kota dimana WRI telah bekerja, dan narasumber dari pemerintah dan LSM di Jakarta.
Referensi
Pada akhir Januari 2005, WRI menambah koleksi dokumentasinya dengan bahan-bahan berikut:
- Direktori Organisasi Perempuan di Indonesia, LIPI
- Makalah Penelitian WRI Tahap Kedua, “Perempuan sebagai Agen Perubahan dalam Politik Lokal di Masa Otonomi Daerah (1991-2004)”
Kesimpulan
Dukungan dari Ford Foundation sangat besar bagi kerja WRI, karena Ford Foundation terus menerus membantu WRI melaksanakan seluruh kegiatannya, khususnya kegiatan utama WRI yaitu penelitian. Kumpulan data dari penelitian tahap kedua telah selesai, begitu pula laporannya pada akhir Januari 2005.
WRI memandang bahwa semua kegiatan yang direncanakan telah mencapai tujuan. Seluruh kegiatan penelitian telah diselesaikan, oleh karenanya WRI mempunyai hasil penelitian dalam bentuk makalah serta beberapa naskah yang akan dipublikasikan dalam bentuk buku dan dicetak pada akhir Januari 2005. Data-data yang dikumpulkan selama penelitian dan analisisnya mungkin berguna untuk mengangkat pentingnya menggunakan perspektif gender dalam upaya memahami posisi dan partisipasi perempuan dalam politik lokal di era otonomi daerah.
Pada akhirnya diharapkan bahwa kerja WRI dapat berkontribusi dalam proses pelaksanaan otonomi daerah yang dapat memberikan manfaat bagi perempuan dan laki-laki di Indonesia. ***