Current Project / Partisipasi Perempuan / Perempuan & Politik

Published: 23/06/2016

Hampir setiap tahun dalam 18 tahun terakhir terjadi kebakaran hutan di Kota Pekanbaru yang asapnya memenuhi udara di kota dan sudah berstatus ‘sangat berbahaya’ (tingkat Indeks Standard Pencemaran Udara/ISPU lebih besar dari 400) bagi kehidupan manusia, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan/ibu hamil dan anak-anak. Hampir setiap tahun pula tindakan penanganan darurat yang disediakan pemerintah Kota Pekanbaru maupun Pemerintah Pusat masih belum mencukupi untuk dapat melindungi kesehatan masyarakat (perempuan/ibu hamil dan bayi, balita, anak-anak). Selama ini perempuan dan anak-anak terpaksa menghirup kabut asap secara intensif tanpa alat pelindung (masker N95) ataupun rumah pengungsian yang layak apabila terjadi kebakaran hutan. Anak-anak terpaksa tidak berangkat ke sekolah berminggu-minggu lamanya, karena ruangan kelas tidak dilengkapi dengan ruangan ber-AC dan air purifier.

Walaupun pihak Pemerintah Kota Pekanbaru telah menyediakan tindakan penanganan darurat, seperti evakuasi ke gedung Gedung Olah Raga (GOR), akan tetapi tindakan penanganan darurat tersebut belum memperhatikan standard perlindungan kesehatan. Tidak disediakan ruangan ber-AC dan aliran oksigen, serta belum disediakan masker N95. Dan belum memadahinya anggaran khusus yang disediakan untuk menangani dampak kebakaran hutan terhadap kesehatan masyarakat. Penanganan darurat kabut asap seperti ini akan memperburuk kondisi kesehatan perempuan/ibu hamil dan anak-anak.

Penelitian menunjukkan dengan menghirup kabut asap secara intensif akan beresiko menderita pneumonia dan kanker paru-paru yang gejalanya akan tampak setelah 10 atau 15 tahun kemudian. Puluhan ribu perempuan dan anak-anak yang terpapar kabut asap dengan ISPU yang berbahaya dapat terkena penyakit pneumonia dan kanker paru-paru dalam 10 atau 15 tahun ke depan. Sebuah ongkos yang sangat mahal apabila pemerintah tidak segera mengambil tindakan secara lebih komprehensif dan terkoordinir dalam menangani dampak kabut asap sesuai standard perlindungan kesehatan.

Berkaitan dengan hal tersebut Women Research Institute (WRI) melakukan kajian mengenai dampak kabut asap kebakaran hutan terhadap aspek kesehatan, sosial, ekonomi kelompok rentan (perempuan dan anak) di Pekanbaru, Riau. Selama ini dokumentasi dan hasil studi terkait dampak kabut asap masih sangat sedikit yang menggunakan perspektif feminis, sehingga dampak yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut terhadap kehidupan perempuan dan anak-anak kurang terlihat, padahal mereka adalah kelompok yang paling rentan.

Dalam kajian tersebut juga diidentifikasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh pemerintah Kota Pekanbaru dalam mengalokasikan anggaran dan menyediakan tindakan penanganan darurat yang lebih efektif. Karena selama ini penanganan darurat kabut asap masih terhambat oleh tidak adanya alokasi anggaran khusus yang disediakan untuk penanganan peristiwa tersebut. Selain itu, untuk melihat peran masyarakat dalam penanganan darurat kabut asap, juga dilakukan identifikasi berbagai upaya yang dilakukan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan, juga keterlibatan NGO dalam mengatasi masalah penanganan kabut asap.

Diharapkan tindakan penanganan darurat dapat menjadi lebih sesuai kebutuhan warga laki-laki dan perempuan. Salah satunya melalui identifikasi kearifan lokal yang dimiliki warga laki-laki dan perempuan untuk mengatasi kabut asap akibat kebakaran hutan. Selain itu, juga dengan mengidentifikasi relasi kuasa gender dan pola mobilitas warga laki-laki dan perempuan.***