Badan Pendiri / Tentang Kami
Published: 04/12/2013
Ditengah-tengah kesibukannya menjadi dosen di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Melani Budianta masih meluangkan waktu untuk memikirkan persoalan perempuan. Melani terlibat aktif dalam gerakan perempuan ketika situasi politik di Indonesia mulai memuncak pada 1998. Diawali dengan demo menuntut penurunan harga susu yang melambung dan tidak terjangkau oleh masyarakat umum, yang disuarakan oleh para ibu. Gerakan ini berkembang menjadi wadah untuk menyuarakan ketidakadilan yang terjadi dan diberi nama Suara Ibu Peduli, dimana Melani menjadi salah satu pendirinya. Gerakan para ibu yang didukung oleh kelompok perempuan dan para mahasiswa itu memberi inspirasi baginya yang diwujudkan dalam tulisan “The Blessed Tragedy: The Making of Women’s Activism during the Reformasi Years (1998-1999)” yang dibukukan dalam, “In Challenging Authoritarianism in Southeast Asia: Comparing Malaysia and Indonesia”, 2003.
Meskipun bidang kesusastraan merupakan keahliannya, Melani meraih gelar doktor di bidang sastra Inggris dari Universitas Cornell, Amerika Serikat pada 1992, kerap kali tema tulisannya berkaitan dengan persoalan perempuan. Seperti makalah yang dibawakannya dalam Konggres ARENA di Malaysia, 2003, “Celebrating Yayori: Women’s Response to Globalization of War and Capital” juga makalah yang dipresentasikannya di pertemuan internasioanl di Okinawa, Jepang, 2000, “Women’s Response to Militaristic Security; The Case of Aceh Women”.
Ketertarikannya pada persoalan perempuan membuat Melani pada 2002 turut mendirikan Women Research Institute (WRI) sebuah institusi penelitian yang berperspektif feminis. ***