2014 / Liputan Media / Media
Published: 11/02/2014
Sumber: Majalah Pesona, Februari 2014
Seminar bertema “Pendidikan Seks dan Reproduksi Remaja” diadakan oleh Women Research Institute pada 18 Desember 2013 lalu, menampilkan beberapa narasumber. Dr. Roy Tjiong dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam makalahnya berjudul “Hak Kesehatan Reproduksi Remaja: Jauh Api dari Panggang” menyebut bahwa kehamilan remaja terjadi akibat keterbatasan akses informasi tentang seksualitas yang benar, serta lemahnya pendidikan seksualitas di sekolah dan keluarga. Remaja menyumbang 30% pada kehamilan tak diinginkan dan aborsi tidak aman. Sedangkan Maria Ulfah Anshor dari KPAI dengan makalah bertema “Pendidikan Seksualitas untuk Anak” menyebut, dampak perilaku seksual pada remaja adalah meningkatnya kasus HIV pada remaja sebesar 700%, putus sekolah dan pernikahan dini, kehamilan tak diinginkan, dan aborsi. Itu sebabnya pendidikan seksualitas untuk anak harus dimulai dari keluarga, dan diberikan sejak usia dini yang menyesuaikan dengan usia anak, serta dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
Dr. H. Taufik Hadi Mulyanto, M.Pd dari Dinas Pendidikan DKI dalam makalah berjudul “Penyelenggaraan Kesehatan Reproduksi Remaja” menyebut, pemerintah telah menyusun sebuah program kesehatan reproduksi remaja untuk memfasilitasi TEGAR REMAJA, yaitu remaja-remaja yang berperilaku sehat, menunda usia pernikahan, terhindar dari risiko seks bebas, NAPZA, HIV dan AIDS, bercita-cita mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, serta menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya. Adapun Faiqoh dari Aliansi Remaja Independen dengan makalah berjudul “Pendidikan Seksualitas yang Komprehensif (Benarkah Remaja Membutuhkannya)” menyebut bahwa dibutuhkan pendidikan seksualitas yang komprehensif untuk remaja, yaitu perangkat pengetahuan yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, tetapi juga life skill (sikap asertif, sikap sosial dengan teman, keluarga, dan lingkungan sekitar) dan pengetahuan mengenai gender.