Lembar Fakta / Publikasi
Published: 27/02/2018
Untuk dapat melakukan upaya peningkatan kesejahteraan perempuan dalam pengelolaan hutan, Konsorsium YWRI menginisasi beberapa tahap intervensi. Tahap pertama adalah melakukan budidaya tanaman untuk menyiapkan bahan produksi. Tahap kedua adalah pelatihan keterampilan pengolahan produk. Tahap ketiga adalah proses produksi dan pemasaran.
Berdasarkan hasil riset potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), diketahui bahwa tanaman kakao dan pala merupakan komoditas potensial yang dapat dikembangkan pada wilayah kerja Konsorsium YWRI di Sumatea Barat. Tanaman kakao potensial dikembangkan di Nagari Lubuk Malako dan Nagari Padang Gantiang – Kabupaten Solok Selatan serta Nagari Barung-Barung Belantai Selatan – Kabupaten Pesisir Selatan. Sedangkan tanaman pala potensial dikembangkan di Nagari Kapujan Koto Berapak – Kabupaten Pesisir Selatan.
Perempuan Minangkabau Berdaya Mengolah Cokelat
Produk yang dihasilkan dari pengolahan biji cokelat melalui teknologi tepat guna tersebut adalah nib cokelat, bubuk cokelat dan batang cokelat. Setiap nagari dampingan memiliki nama produk yang disesuaikan dengan kearifan lokal sebagai strategi pasar dengan menunjukkan keunikan negerinya masingmasing seperti Cokobamb untuk kelompok usaha BAMBU (Badan Usaha Ibu-Ibu) Barung-Barung Belantai Selatan, Cokolako untuk kelompok usaha Annisa Karya, Nagari Lubuk Malako, dan Sangju untuk kelompok usaha Bunda Berkarya, Nagari Padang Gantiang.
Kelompok perempuan yang pada mulanya tidak bisa membayangkan bahwa suatu saat mereka bisa membuat coklat sendiri merasa terharu dan sangat bersemangat sekali. Produk Cokelat tersebut diolah sendiri oleh kelompok perempuan dampingan Konsorsium YWRI mulai dari budidaya, proses panen, paska panen, produksi, pengemasan dan pemasaran produk. Adanya transformasi pengolahan cokelat dari biji cokelat menjadi produk olahan merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan perempuan dalam aktivitas ekonomi dan pengelolaan lahan.
Perempuan Bayang Sejahtera melalui Pengelolaan Kulit Buah Pala
Selama ini anggota kelompok perempuan di Nagari Kapujan Koto Berapak, Kecamatan Bayang melakukan pemanfaatan buah pala dengan menjual biji dan fuli buah pala. Sedangkan untuk kulit dan daging buah pala tidak dimanfaatkan secara ekonomis, tetapi hanya dijadikan pupuk alami tanpa adanya proses composting. Untuk melakukan upaya optimalisasi daya guna buah pala, maka program melakukan inisiasi terhadap pengolahan kulih dan daging buah pala menjadi olahan sirup, sari dan selai pala.
Buah pala yang telah diolah menjadi sirup, selai dan sari buah pala oleh kelompok BBI telah dirasakan membawa perubahan yang cukup baik bagi perekonomian anggota kelompok. Adapun untuk sirup pala yang dijual dengan harga Rp.46.000,-/botol, selai pala dengan harga Rp.35.000,-/botol dan sari buah pala dengan harga Rp.17.000,-/botol.
Kelompok perempuan BBI tidak pernah membayangkan bahwa sisa olahan buah pala yang tidak dimanfaatkan bahkan tidak bernilai jual tersebut dapat diolah dan bahkan harga jualnya lebih tinggi daripada biji pala yang dijual selama ini. Hasil produksi kelompok ini telah menjadikan perubahan dan peningkatan ekonomi kelompok dalam rangka peningkatan pendapatan mereka.
Dokumen Lembar Fakta dapat diunduh pada tautan berikut:
2_Sumatera Barat_Pengelolaan Kakao dan Pala untuk Peningkatan Kesejahteraan Perempuan