2014 / Liputan Media / Media
Published: 17/01/2014
Sumber: BeritaSatu.com, Kamis, 16 Januari 2014
Jakarta – Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Women Research Institute (WRI), sebanyak 45% masyarakat Indonesia merasa tidak terwakili oleh anggota DPR RI. Hanya ada 23% yang mengatakan terwakili.
Sementara, saat pertanyaannya lebih spesifik mengenai seberapa besar mereka merasa terwakili oleh anggota DPR yang perempuan, sebanyak 40% mengatakan terwakili, dan 31% merasa cukup terwakili.
“Memang saat kita berdialog dengan masyarakat dan melakukan FDG (Focus Discussion Group), masyarakat mengatakan lebih mempercayai anggota DPR yang perempuan karena jarang yang terlibat korupsi,” ungkap Edriana Noerdin MA, Panel Ahli WRI, pada acara Seminar Publik bertajuk “Representasi Politik Perempuan: RUU Kesetaraan & Keadilan Gender”, di Jakarta, Kamis (16/1).
Dengan begitu, Edriana melanjutkan, pihaknya optimistis peran perempuan akan semakin baik di DPR. Hal itu juga terbukti dari peningkatan jumlah anggota DPR perempuan, dari 11% di 2004 menjadi 18% di 2009.
“Jadi, menurut kita, kenaikan itu cukup signifikan. Apalagi ditambah kenaikan DCS (Daftar Calon Sementara) perempuan dengan kuota 30% oleh KPU. Tahun ini KPU benar-benar tegas. Kalau ada yang tidak mencukupi, langsung ditolak,” lanjut Edriana.
Edriana pun berharap, anggota DPR perempuan tahun ini performanya harus lebih baik, karena sudah banyak belajar dari tahun-tahun sebelumnya.
Namun sementara itu, sayangnya masih banyak masyarakat yang juga menganggap kualitas dari anggota DPR perempuan tidak semuanya baik. Apalagi dengan banyaknya fenomena artis yang menjadi anggota DPR, dengan kualitas kurang baik.
“Masalah terbesar untuk menetapkan kuota perempuan di DPR adalah proses rekrutmen di parpol. Yang sering terjadi di parpol, kalau ada perempuan yang tegas, disiplin dan pintar, malah tidak diterima. Mungkin merasa terintimidasi,” tandas Chusnul Mar’iyah Ph.D, Presiden Direktur CEPP FISIP UI dan Uni Link, pada kesempatan yang sama.
Penulis: Kharina Triananda/SIT