2013 / Liputan Media / Media
Published: 14/05/2013
Sumber: Berita Satu, Selasa, 14 Mei 2013
Jakarta – Women Research Institute (WRI) bekerjasama dengan Hivos meluncurkan Jurnal Afirmasi berjudul “Gerakan Perempuan Bagian Gerakan Demokrasi di Indonesia” di Auditorium Sequis Center, Jakarta, Selasa (14/5).
Hasil penelitian yang mengkonsentrasikan ke lima wilayah, yaitu Jakarta, Lampung, Sumatera Utara, Padang dan Lombok, berupaya memaparkan bukan saja mengenai organisasi perempuan dan kerjanya tetapi juga gambaran mengenai kepemimpinan perempuan, lebih spesifik lagi mengenai aspek “kepemimpinan feminis” di negara pasca otoritarian Indonesia, yang dianggap sesuai dengan organisasi perempuan di Indonesia.
Penelitian yang jarang dikaji di Indonesia ini juga bertujuan mendapat gambaran atas isu dan tantangan persoalan perempuan yang tengah atau akan dihadapi oleh organisasi perempuan.
“Social perception masih sangat kuat di indonesia. Itu menjadi salah satu penghambat perempuan untuk mendapatkan posisi di pemerintahan,” ujar Chusnul Mar’iyah, Ph.D dosen FISIP UI.
Ia juga melanjutkan, bahwa Jurnal Afirmasi sangat penting untuk generasi berikutnya. Karena menurutnya cukup sulit untuk merubah pola pikir masyarakat sekarang, tapi dia menganjurkan jangan pernah berhenti berusaha.
“Di indonesia memang ada perkembangan demokrasi tentang posisi perempuan di pemerintahan dalam tingkat nasional, tapi di tingkat lokal kita masih menemukan masalah-masalah yang mengatasnamakan undang-undang padhal hanya family law. Seperti naik motor tidak boleh pakai rok atau perempuan tidak boleh keluar malam,” tambahnya.
Lebih lanjut lagi organisasi perempuan non-pemerintah di lima wilayah penelitian menunjukkan adanya peran perempuan yang semakin menguat, meskipun kesetaraan gender secara substansi belum tercapai.
Rocky Gerung Pakar Filsafat Politik Universitas Indonesia sangat mendukung kepemimpinan feminis ini. Dia mengingatkan bahwa yang lebih penting dari demokrasi adalah keadilan. Dan Indonesia membutuhkan wacana-wacana alternatif untuk mempersiapkan perempuan dalam demokrasi.
“Demokrasi adalah ruang yang tidak bisa diisi dengan doktrin final, contohnya agama. Demokrasi hanya menggunakan ayat konstitusi bukan ayat kitab suci. Demokrasi terbuka untuk segala pendapat,” jelasnya.
Dengan begitu diharapkan Jurnal Afirmasi ini dapat membantu meningkatkan keterlibatan perempuan dalam pengambilan kebijakan yang akan berdampak pada perbaikan kondisi dan posisi perempuan di sektor publik.
Penulis: Kharina Triananda/TK